Bayangkan dunia si kecil diselimuti kabut di salah satu matanya. Itulah gambaran mata malas atau ambliopia, yang terjadi ketika otak tidak menerima stimulasi visual yang cukup dari satu mata, sehingga penglihatannya tidak berkembang dengan baik. Berikut ini merupakan sebuah artikel tentang kesehatan mata yang diterbitkan oleh Pafi Murung Raya agar dipahami dan mudah dimengerti.
Sumber : https://pafimurungraya.org/
Kondisi ini bukan karena anak malas, lho! Tapi akibat gangguan pada perkembangan fungsi penglihatan di masa pertumbuhannya. Jika tidak ditangani, bisa berakibat fatal, yaitu kebutaan permanen pada mata yang terkena.
Apa sih yang bisa sebabkan mata malas?
Ada beberapa “dalang” di balik mata malas, antara lain:
- Mata juling (strabismus): Saat kedua mata tidak sejajar, otak hanya fokus pada satu mata dan abaikan gambar dari mata yang lain.
- Katarak: Lensa mata keruh, bikin penglihatan buram seperti melihat air terjun.
- Kelopak mata turun (ptosis): Menutupi sebagian atau seluruh pupil, menghalangi masuknya cahaya.
- Perbedaan kekuatan refraksi mata yang signifikan: Mata minus, plus, atau silinder yang jauh berbeda antara mata kiri dan kanan.
- Mata tertutup sejak lahir/lama karena cedera/penyakit: Otak tidak menerima stimulasi visual sama sekali.
Bagaimana cara mengetahui mata malas?
Seringkali, anak tidak sadar matanya malas. Orang tua perlu jeli perhatikan beberapa tanda, seperti:
- Mata juling: Mata tidak sejajar, terlihat “juling” ke dalam, luar, atas, atau bawah.
- Sering berkedip/berair: Iritasi karena usaha keras fokus dengan mata yang lemah.
- Sensitif cahaya: Terasa silau atau tidak nyaman saat terkena cahaya terang.
- Miringkan kepala saat melihat: Mencoba bantu fokus dengan posisi kepala miring.
- Sulit lihat objek jauh: Penglihatan kabur saat melihat benda yang berjarak.
- Penglihatan kabur pada satu mata: Anak mengeluh penglihatannya buram pada satu mata.
Dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata komprehensif untuk mendiagnosis mata malas. Pemeriksaannya meliputi:
- Tes ketajaman penglihatan: Melihat gambar/huruf pada jarak tertentu.
- Pemeriksaan refraksi: Menentukan kelainan refraksi (minus, plus, silinder).
- Pemeriksaan motilitas mata: Mengecek pergerakan mata ke berbagai arah.
- Pemeriksaan fundus: Melihat bagian belakang mata (retina, saraf optik).
Pengobatan mata malas tergantung penyebabnya, seperti:
- Kacamata: Untuk mengoreksi kelainan refraksi, bantu fokus mata.
- Penutup mata (patch): Memaksa otak pakai mata yang lemah dengan menutup mata yang kuat sementara.
- Operasi: Pada kasus strabismus, katarak parah, atau ptosis untuk mengembalikan keselarasan mata/membuka pupil.
- Atropin tetes mata: Melumpuhkan otot mata yang kuat untuk latih mata yang lemah.
Semakin dini dideteksi dan diobati, semakin besar peluang kesembuhannya. Biasanya, usia 5 tahun ke bawah paling efektif. Setelah 7 tahun, kemampuan otak untuk kembangkan penglihatan dua mata berkurang.
Orang tua bisa bantu cegah mata malas dengan:
- Rutin bawa anak ke dokter mata: Pemeriksaan mata minimal usia 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan, dan 4 tahun, dan periksa berkala.
- Perhatikan tanda-tanda mata malas: Segera periksa ke dokter mata jika ada tanda-tanda.
- Jaga kesehatan mata anak:
- Hindari paparan sinar matahari berlebihan dengan kacamata hitam.
- Berikan makanan bergizi, terutama kaya vitamin A untuk kesehatan mata.
- Ajari jaga kebersihan mata: cuci tangan sebelum menyentuh mata, hindari menggosok mata.
Mata malas memang serius, tapi jangan panik! Dengan deteksi dini, pengobatan tepat, dan peran aktif orang tua, penglihatan anak Anda bisa diselamatkan.
Ingat: Konsultasi dengan dokter mata adalah kunci utama untuk menangani mata malas. Jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter mata untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat bagi anak Anda.